<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d1732210148161296094\x26blogName\x3dGreatest+Stories+Ever+Told\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dTAN\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://notjust-lovestories.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://notjust-lovestories.blogspot.com/\x26vt\x3d-2804571334883318542', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Thursday, August 21, 2008

♥ ~Cerita Sang Mentari Hari Ini~


Pagi tadi, aku bangun seperti biasa untuk menggantikan subuh
Aku bersiap dan merias diri - berharap aku tidak kesiangan lagi seperti kemarin
Namun, aku dikejutkan... karena pagi ini, ada yang bangun lebih pagi dari diriku
Seorang gadis sudah menunggu diujung jalan gelap... sendirian

Selamat pagi, sapaku tanpa suara
Memberikan secercah sinar dan kehangatan pada hari baru karena hanya itulah bisaku
Beberapa orang memang membenciku karena datang lagi pagi ini
Seolah-olah aku datang terlalu pagi untuk memecah sunyi

Dan perhatianku kembali jatuh kepada gadis kecil itu
Semakin tinggi, semakin jelas aku melihat dan aku menyadari
Di antara jemari mungilnya, ia memiliki sesuatu yang ia jajakan kepada orang-orang yang lewat
Yang malah dibalas dengan tatapan jijik dan umpatan yang kasar - namun, ia tetap tersenyum

Aku bersinar lebih terik untuk melihat apa yang ia miliki dalam genggamannya
Pada tengah hari, aku baru bisa mengerti, benda apa itu...
Benda itu yang disebut manusia dengan hati nurani...
Walaupun tidak terlihat berharga, tapi aku tidak pernah melihat benda semurni itu
Dan yang membuatku heran, tak ada seorang pun yang mau membeli

Penasaran, kutengok saja berapa harganya - Kalau-kalau upayaku cukup untuk membelinya
Astaga, bukan karena mahal aku terkejut...
Ia menjualnya dengan percuma.. dan dengan tetap tersenyum, walaupun peluh mulai membasahi dahinya
Tentu saja, aku tidak dapat tinggal diam...
Atau, kuhampiri saja dirinya - tapi mungkin saja aku akan membakar habis dirinya nanti

Sudah sembilan jam aku bersinar...
Dan selama itulah, gadis itu terus berada di ujung jalan itu - pun ditolak orang lain
Awan pun datang - cepat sekali sudah istirahat lagi
Aku harus pergi sebentar - Awan, tolong perhatikan gadis itu dan ceritakan padaku apa yang terjadi padanya selama aku pergi

Begitu aku kembali, Bu Awan sudah menangis tersedu-sedu dan hampir membanjiri bumi
Hentikan, Awan! Apa yang sedang kau lakukan?!
Namun, Bu Awan hanya menjawab - terlalu sedih... terlalu sedih... dan berlalu
Aku teringat akan gadis itu - dia masih di sana dan basah kuyup... kasihan

Keteguhannya pun bisa membuat Bu Awan menangis
Aku pun bersinar lebih terik lagi berharap dapat memberikannya kehangatan
Dan meminta angin untuk tidak terlalu bersemangat menari hari ini
Agar jangan sampai nanti anak itu jatuh sakit

Tapi dapat kurasakan, sepertinya aku tidak terik lagi
Tubuh ini tertarik kebawah dan mulai berwarna merah
Tidak, aku tidak dapat tenggelam sekarang! Anak itu masih di sana dan menunggu
Apa yang harus aku lakukan?

Setengah hari sudah terlewati... dan aku tinggal setengah terlihat
Sebentar lagi, aku akan terlupa dan tergantikan bulan...
Ah, apa yang ia bisa... tak ada hangat untuk anak itu

Tinggal beberapa detik sebelum aku menghilang sepenuhnya
Anak itu menatap diriku dan tersenyum lirih
Benda di tangannya mulai pudar cahayanya
Andai aku bisa bertahan sedikit saja - ah, tidak! aku sepenuhnya hilang dari pandangan
Belum pernah aku sesedih itu meninggalkan belahan bumi untuk terlelap


Labels: , , , ,

♥ And did I tell you that I love you tonight
9:46 AM

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home

0 commented

♥ ~ Apa Enaknya Jadi Cantik?! ~


~Apa enaknya tercipta sebagai seorang gadis yang cantik?~

Sometimes, I just don't get it...

Itulah yang dikatakan Bella pada dirinya sendiri... padahal, kecantikan merupakan dambaan setiap wanita.


Awalnya, Bella menikmatinya; ia menikmati tatapan kagum laki-laki, menikmati ekstra topping pada kopinya dari barista yang suka padanya, dan menikmati boneka dan buku pemberian laki-laki yang pantang menyerah melakukan pendekatan a.k.a pdkt.


Tapi kini, Bella merasakan kecantikan bukan lagi jaminan seorang wanita untuk mendapat kebahagiaan dan juga.. cinta sejati.

Ia tahu,, dari tatapan lelaki itu,, mereka semua menginginkannya; mendambakan dirinya untuk menjadi kepunyaan salah satu singa-singa lapar itu.

"Tapi kenapa, sepertinya Alvin gak menginginkanku seperti lelaki lain. Setiap kali tatapan kami bertemu, ia selalu memalingkan wajahnya. Bahkan, tersenyum aja nggak!"
Dan beberapa menit yang lalu, sebersit pemikiran melintas di dalam kepalanya... "Alvin dan Ryan kan bersahabat!"
"Kenapa? Kenapa gue bego banget!!! Duh, muka boleh cantik tapi kenapa otak gue lemot banget!!" teriak Bella, "Ini jelas ngaruh banget!! Secara, Ryan udah cinta mati sama gue."

'Cinta? Bullshit lah! Yang Ryan mau cuma tampang gue yang bisa dipamerin ke geng motornya.'
Beep,, Beep,, handphone Bella berbunyi. Sebuah sms dari Rannia. "Guys! Gue cuma mau kasi tau, bagi yang mau nganter kepergian Alvin ke Australia, harap dateng ke bandara jam 9 malam ini. Thank you!"
HAHHH!! Australia?! Kenapa... Bella melihat jam tangannya,, jam setengah delapan malam.
"No way!!"
Tanpa pikir panjang, ia langsung melesatkan Peugeot 206 merahnya ke bandara. Untung saja tol dalam kota cukup lengang. Namun, Bella gak bisa melepaskan pandangannya dari jam tangannya.
09.01
09.05
"Sial!!" Wahai waktu, tolonglah berhenti sebentar.
09.12
Bella berhasil sampai di bandara. Terminal D Gate 2, di mana wajah-wajah yang tak asing lagi berkerumun. Beberapa mulai melambaikan tangannya, beberapa cewek malah mulai terisak, termasuk Rannia.
Harusnya yang nangis tuh gue!! seru Bella dalam hati. Dari kejauhan Bella dapat melihatnya, Alvin memberikan sesuatu kepada Rannia dari sakunya. Alvin dan.. Rannia?
Bella memberanikan dirinya mendekat. Menyapa orang tua Alvin dan berkata, "Alvin, gue perlu ngomong empat mata same elo!"
Alvin menurut - ia mengikuti Bella menjauh dari kerumunan. Mereka berdua tidak menggubris pandangan orang-orang di sekitarnya dan teriakan tidak setuju dari Ryan.
Bella memantapkan hatinya. "Alvin, gue mau ngomong... gue sayang sama elo!"
Alvin gak bisa menahan senyumnya dan senyumnya pun terkembang. Gemuruh dadanya kembali muncul seperti saat ia pertama kali melihat Bella tersenyum.
"Bella, gue gak nyangka lo bakal ngomong itu."
Lalu mereka berdua terdiam,, canggung.
Bella juga jadi salah tingkah sendiri, "Jadi?"
Alvin baru pertama kali ini mendengar sebuah pernyataan cinta pun bingung. "Bella, lo tahu gak, setiap kali gue ngeliat lo, jantung gue tuh bergemuruh. Keringat dingin keluar dari tangan gue. Gue gugup tiap kali ngomong sama elo. Gue akuin, gue terpesona sama lo."
Gemuruh dalam dada Bella pun semakin menjadi-jadi. Buruan jawab, Vin!!
"Gue juga tahu, banyak orang yang sayang sama lo. Ryan juga sayang sama lo. Gue juga tahu, gue bakal pergi jauh... tapi gue gak tau perasaan gue sendiri sama elo.. semuanya seperti bercampur aduk menjadi satu... Maaf ya, karena gue pengecut banget."
Bella merasa dunianya berbalik... pandangannya kabur. Ia mulai menangis.
"Loh? Eh, Bella.. tunggu! Bukannya gue menolak pernyataan cinta itu. Gue cuma gak tau..."
Bella mulai terisak. Alvin bingung. Ini pertama kalinya seorang gadis menangis di depannya. Di dalam kebingungannya, ia beranikan diri mengecup kening Bella. Isak tangis Bella berhenti. "Enam bulan lagi, gue bakal balik ke Indonesia. Dan saat itu, gue akan bawa jawabannya buat elo."
Bella kembali menangis.
"Loh? Kok nangis lagi?" tanya Alvin.
"Habisnya.. habisnya, lo dah mau pergi."
Alvin tersenyum. "Iya, sebentar lagi pesawat gue boarding. Gue seneng lo bisa mengatakan isi hati lo. Lo emang unik, Bel!"
Mereka berdua pun kembali ke kerumunan orang-orang yang mengantar Alvin. Setelah Alvin berlalu dari pandangan, Rannia mendekati Bella. Tiba-tiba, bayangan Alvin dan Rannia tadi melintas di dalam pikiran Bella. Dan perasaan nyeri merayapi dada gadis itu.
"Bel, nih, ada surat dari Alvin. Kita kira lo gak dateng tadi. Gimana sih?!"
Eh, surat ini kan?
Bella buru-buru membuka surat itu, ada gambar bunga matahari... Hahaha,, bunga mataharinya jelek banget!! Bella tertawa dalam hati. Di bawah gambar itu, ada tertulis...
For: Bella
Tetaplah bersinar dan semerbak...
From: Me
"Hahaha,,, apaan sihhh!! Gak jelas banget makhluk ini!!" tawa Bella meledak.
"Liat donk! Liat donk!" rengek Rannia.
"Gak boleh! Wee~"
Hihi,, biarlah ini menjadi rahasia kita berdua ya, Vin! Setengah tahun? Itu mah,, kecilll!!

Labels: , , ,

♥ And did I tell you that I love you tonight
9:44 AM

3 Comments:

Anonymous Anonymous said...

hmmmm g ngrasa diri g pnah lebih parah dari alvin--a

September 8, 2008 at 2:52 PM  
Blogger Unknown said...

cinta akan indah seperti ketika kita bertepuk dua tangan, tak akan indah jika hanya sebelah saja........, cinta akan mengilas setiap yang mengikutinya,namun tanpa gelidingan cinta hidup terasa hampa.....

Thanks
izin yaa

Good luck

September 15, 2008 at 8:26 AM  
Blogger takatophilip said...

udah gw link tuh...
link back ya

November 12, 2008 at 1:41 PM  

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home

3 commented

Monday, August 18, 2008

♥ ~ Lagu Sedih yang Kudengar ~

"Perkenalkan, ini keponakan saya, namanya Lara."
Lara tersenyum dan mengangguk. Behaviournya benar-benar mencerminkan dirinya sebagai wanita anggun dan profesional.
Pertemuan di sebuah restoran Prancis ini memang diatur sedemikian rupa. Di sela-sela jam makan siang, Lara dengan baju kantornya menghadiri pertemuan itu. Di mana ia dan lelaki di hadapannya... akan dijodohkan. Sebenarnya, bukan perjodohan seserius kelihatannya, Lara sudah terbiasa dengan ini. Tantenya memperkenalkan dirinya dengan seseorang laki-laki.
Jam makan siang, 6 bulan kemudian...
"Ok! Kamu jemput aku jam 12 ya!"
Klik! Lara baru saja menerima telepon dari calon suaminya, Jimmy, pemuda terakhir yang diperkenalkan oleh tantenya. Ironis memang, Lara yang tidak memiliki niat sama sekali terhadap laki-laki, malah mengiyakan lamaran Jimmy di umurnya yang baru menginjak 23 tahun.
Tok tok!
"Ya, masuk!" Lara menjawab ketukan di pintu ruang kerjanya.
Sebuket bunga lili putih mengintip dari balik pintu, menutupi wajah si empunya.
Lara tersenyum dan menebak, "Jimmy?"
"Ih, kok ketebak, sih?"
"Siapa lagi yang membawa bunga ke tempat kerja selain lelaki classic seperti kamu?"
Jimmy hanya tersenyum karena dibilang classic oleh calon tunangannya. Dirinya memang classic. Bahkan, dirinya yang seorang wakil direktur sebuah perusahaan software kewalahan mencari pasangan hidupnya sendiri. Kebanyakan wanita yang ia temui lebih senang bersenang-senang dan tertarik pada hartanya saja. Berbeda dengan Lara yang terlihat anggun dan dapat bersenang-senang dalam caranya sendiri.
"Makan siang sekarang aja, yuk! Aku udah laper, nih! Tapi kamu yang pilih tempatnya," ajak Jimmy.
"Yuk! Gimana kalo restoran Jepang?"
"Boleh! Kebetulan aku lagi pengen makan sashimi! Kita kok sehati ya, Yang!"


Tapi 5 menit kemudian, Lara tidaklah berada di restoran Jepang yang dimaksud, ia berada di kantor Jimmy karena lelaki itu harus menandatangani beberapa dokumen penting.
Dan di situ jugalah, Lara melihat bayangan familiar yang selama ini datang dan pergi di dalam kehidupannya. Membangkitkan semua lagu lama yang pernah kita dengar bersama. Ketika tertawa bersama. Ketika kita terpaksa berpisah. Ketika ia pergi dan aku hanya bisa melupakan.
"Randy," ucap gadis itu lirih.
"Laraku," gantian Randy mengucapkapkannya dengan tak kalah lirih.
"Sayang, ayo kita pergi sekarang!" Entah dari mana dan sejak kapan Jimmy datang.
Randy sadar, ada cincin serupa yang melingkar di jari manis keduanya. "Selamat siang, Pak Jimmy!"
Hati Lara pedih melihat Randy menyapa Jimmy dengan penuh hormat walaupun ia tahu, pemuda itu masih terkejut.
"Hei, Randy! I've read your report and I love your idea about the joint venture. Nanti, tinggal saya bicarakan dengan Pak Cakra."
Randy mengangguk.
"Lara, kenalkan ini Randy. Dia..."
Suara Jimmy kini hanya sayup-sayup. Mereka bersalaman bagaikan baru pertama kali bertemu. Padahal, semua kenangan dari tujuh tahun yang lalu kembali menyergap. Lara tahu, ia tidak boleh begini.
"Jimmy!" Lara sendiri terkejut mendengar nada suaranya yang terlalu tinggi. Kembali ia melembutkannya, "Tolong tunggu aku di mobil. Aku ingin ke toilet sebentar."
"O... oke!" Jimmy menurut. Randy pun ikut berlalu.
Tapi, Lara mengejarnya. Mengikuti langkah pemuda itu.
"Randy!"
Randy berhenti dan berbalik. "Ada apa, Bu Lara?" Panggilan ini membuat hati Lara bagai teriris.
"Randy! Panggil aku Lara! Aku masih Lara... mu."
Randy tersenyum pahit.
"Maaf, aku sudah melupakan masa lalu. Kita gak bisa mendapatkan semua tapi doamu sudah diberi jawabannya, Ra. Kamu sudah menemukan pasangan hidupmu. Dia lelaki yang pantas buat kamu untuk melupakan kenangan. Jimmy orang yang baik."
Selesai mengatakan semua itu, Randy berlalu. Dan Lara hanya terpaku.

Tahukah kau, Ran? Aku sudah menunggumu selama tujuh tahun tanpa seorang pun di sisiku. Tapi, malah di saat seperti ini aku menemukanmu lagi. Inikah hukuman buat aku karena aku tidak setia?

Hujan pun mulai menunjukan rintiknya. Menghapus semua kenangan yang Lara pertahankan selama ini. Wanita yang selama ini mencoba dewasa. Kini, ingin menangis ia sekencangnya.

Mengapa ucapannya bagaikan puisi yang tersedih yang pernah kudengar. Dan hatiku... seperti lagu yang terpilu. Meninggalkan lara di hatiku... sama seperti namaku. Inikah takdir? Atau hukuman?

Tak ada sedetik kemudian, Lara merasakan itu. Seseorang merengkuhnya dari belakang. Dan berbisik, "Kalau ada kesempatan kedua, masihkah cinta dapat bertahan, Lara... ku?"

Labels: , , , , ,

♥ And did I tell you that I love you tonight
9:23 PM

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home

0 commented

Friday, August 15, 2008

♥ ~ Ayahku ~ *the real story*

Langit belum juga terang. Jam masih menunjukan jam 4 pagi di sebuah daerah di Fuzhou, China. Namun seorang anak lelaki sudah bersiap-siap untuk pergi sekolah. Ia mengenakan sepatunya yang mulai kekecilan. Setelah berpamitan kepada orang tuanya, ia pun keluar rumah disusul dua kakak laki-lakinya.
Anak itu masih sekolah dasar namun sekali lihat, orang-orang tahu kalau anak ini bukanlah anak biasa. Penampilannya sama dengan kedua kakaknya, kurus dan dibalut kemeja kecoklatan yang tadinya putih. Namun siapa yang tahu, kalau di masa depannya, ia akan memberikan ketiga anak perempuannya pendidikan yang baik.
Kakak beradik itu sudah melewati sungai dan langit mulai menunjukan semburat warnanya. Jam 5 pagi. Mereka mampir ke sebuah kedai untuk sarapan. Kedua kakaknya memesan pangsit kuah dan susu sapi. Namun anak itu hanya memesan bak pao daging dan susu kacang hangat yang harganya lebih murah. Ia melahap habis sarapannya sebelum kedua kakaknya selesai makan. Tidak mau membuang waktu, ia pun melanjutkan perjalanannya seorang diri.
sepuluh tahun berlalu...
"Pa, aku ingin pergi ke Indonesia," katanya kepada ayahnya dalam bahasa mandarin.
Ayahnya berhenti menghisap lintingan tembakau yang sudah hampir habis, "Indonesia?"
Ia mengangguk mantap.

Di Surabaya, ia membanting tulangnya - anak SD puluhan tahun yang lalu telah menjadi pemuda pekerja keras. Bahasa Indonesianya belumlah fasih, ia hanya punya tenaga yang sepenuhnya dikerahkan. Lalu ia bertemu ibuku.

Waktu berlalu... Tidak heran, tumbuh di lingkungan yang bagaikan semak, ia dianggap parasit penghisap yang merugikan. Dijebloskan ia ke dalam penjara oleh rekannya bahkan mereka yang sudah dianggapnya sebagai saudaranya sendiri. Dikhianati. Difitnah. Ia ditolak.

Diambang keputus asaan, ia tetap dibantu oleh orang-orang yang percaya padanya. Orang-orang yang dihormati dan menghormatinya. "Sudah,, sudah,, pergilah ke Jakarta. Gantungkan hidupmu pada peluhmu di sana!"

Pergilah ia merantau di Jakarta. Saat itu aku masih di kandungan ibuku. Dapat merasa dan mendengar penderitaan mereka. Bahkan aku sempat merasakan ketakutan ibuku, "Tuhan, pakah aku memilih suami yang tepat?"

Ia berjuang.. dan berjuang. Hampir semua orang yang menggantungkan nasib pada Jakarta, berakhir sia. Namun, ia tidak hanya mencari sesuap nasi. Dia tidak akan berhenti walau matahari lelah. Ia tetap mencari... dan menemukan istana.

Sampai aku lahir dan adik-adikku lahir. Tidak pernah kami kekurangan makanan. Sampai berkecukupan. Semua yang pernah menolaknya tahu, roda hidup itu berputar. Itu juga berlaku pada mereka semua. Pada akhirnya, mereka semua menjilati sepatu ayahku.

Labels: , , , , ,

♥ And did I tell you that I love you tonight
10:59 PM

4 Comments:

Blogger adinda andi anas said...

ini cerita ttg bokap ya jes?terharu bgt gw bacanya..bokap lo bener2 mulai dari nol...
yaaa emang ada org2 kaya gitu, kalo org lagi susah ditinggalin trus giliran seneng semuanya mendekat...

August 24, 2008 at 4:10 PM  
Blogger Unknown said...

iyah,, dia bener" mulai dari nol,, bahkan waktu musim dingin di sana, dia gak pake sepatu, tapi pake kain dililit" soalnya sepatunya dah kumal banget,, jadi gampang kedinginan.
Dan gue kagum banget sama beliau, soalnya dia gak dendam sama" 'orang2 itu',, bahkan sekarang dia yang 'menyokong' orang itu... keren banget!! inspirasi gue banget.. hoho!

August 24, 2008 at 8:09 PM  
Anonymous Anonymous said...

aihhh... gw nangis!!! mstinya nih crita masi kurang bgt... soalna masi byk hal laen yg hebat n bikin qta smua kaget sama beliau... ahahaha... tambah lagiii... ~^^~

August 28, 2008 at 11:52 PM  
Blogger Tuban said...

Bagus......terusin ja.Gw juga hobi nulis.......tapi kadang gak tahu p yang harus gue tulis.

January 8, 2009 at 12:54 PM  

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home

4 commented

Thursday, August 14, 2008

♥ What Should I Do To Love You?

Alan tidak pernah menyangka hal ini akan terjadi pada dirinya. Ia jatuh cinta pada seorang gadis. Gadis itu begitu sederhana, lugu, rambutnya sebahu, dan memiliki kedua bola mata yang indah. Satu telinganya tidak dapat mendengar. Namun bukan itu semua yang membuatnya sakit kepala. Bukan karena cacat yang diderita gadis itu. Ia malah mampu mencintai segala kekurangan itu, apa adanya dengan sepenuh hati. Tapi ia tidak bisa karena gadis itu telah dimiliki.
Mereka bertiga awalnya bersahabat. Alan, Nara, dan gadis itu. Alan mengira jalinan pertemanan itu akan terus begitu selayaknya sahabat sejati. Selamanya bertiga. Tapi ia tahu itu mustahil, kedua sahabatnya telah menjalin cinta. Menjadi sepasang kekasih. Ia merasa... dikhianati. Sekaligus sadar, bahwa ia juga memiliki rasa ingin memiliki gadis itu.

"Aku mencintaimu," kata-kata itu pernah dibisikkan oleh Alan kepada gadis itu. Tapi ia tak cukup berani. Kata-kata itu hanya berlalu begitu saja.
"Apaan sih, Lan? Lo tahu kan telinga kiri gue gak bisa denger," ucap gadis itu riang - seperti tidak pernah keberatan dengan kekurangannya.
"Biarin! Anggap aja ini adalah rahasia antara gue dan telinga kiri lo."
Alan mulai menyukai kebiasaan barunya itu. Dan tiap kali ia membisikan telinga tuli itu, rasa penasaran di hati gadis itu kian bertambah.
Sampai suatu saat, ketika ia melakukannya, ia mendapati tubuh gadis itu menegang. "Lan, aku dapat mendengarnya.
"Itu memang keinginan Alan, ia ingin telinga tuli itu mendengarnya sekali saja dan ia mengucapkannya cukup keras untuk terdengar oleh telinga satunya.
Alan menatap kedua mata gadis itu dan tersenyum. Ia lega karena akhirnya gadis itu tahu perasaannya. Lalu ia merasa adanya dorongan kuat dari dalam hatinya. Bibir mereka pun bertaut. Entah siapa yang memulainya - dan apa yang mereka pikirkan. Tapi itu tidak penting lagi. Mereka berciuman, hangat dan penuh emosi.
Namun tiba-tiba gadis itu menjauhkan tubuhnya.
"Kenapa?" tanya Alan.
Tapi gadis itu malah menangis. "Harusnya gue yang tanya, Lan. Kenapa lo baru mengatakannya sekarang? Gue juga sayang sama lo. Tapi gue kira, lo cuma nganggep gue hanya sebagai sahabat. Gue putus asa saat lo hanya diam ketika gue jadian sama Nara. Gue udah nunggu kata-kata itu sejak dulu. Dan sekarang lo mengatakan itu saat..." gadis itu menunjukan jari manisnya, "saat gue udah tunangan sama Nara!"
Alan hanya diam. Ia merasa dunianya hilang.
"Lan, gue akan pergi bersama Nara ke Amerika. Kita akan tinggal di sana dan menyembuhkan telingaku."
Kini tubuh Alan yang menegang. Hal terburuk, gadis itu akan pergi selamanya. Justru ia yang ingin menangis. Tapi kini semuanya percuma. Ia tinggalkan gadis itu. Tidak ada lagi yang harus dilakukan. Ia memang lelaki brengsek. "Andai saja gue mengatakan ini dari dulu," teriak batinnya.Ia terus berlalu tanpa pernah mau berbalik. Walau hanya untuk melihat tangis gadis itu terakhir kalinya.
"Andai saja kedua telinga gue nggak bisa mendengar! Gua nggak perlu mendengar lo ngomong kayak tadi. Gue cuma mau hidup yang sempurna. Bukan untuk menunggu cinta yang gak jelas," samar terdengar teriakan gadis itu. Tangisnya berubah menjadi raung, "Alan, gue benci sama elo!"
Yang paling menyakitkan, kedua hati yang saling mencinta namun terhalang tembok keangkuhan, melahirkan benci.
Dan Alan terus menjauh pergi.

inspired by: Fahrenheit - Bu Hui Ai (+pic source)

Labels: , , , ,

♥ And did I tell you that I love you tonight
11:13 PM

2 Comments:

Blogger Anang said...

wah ada gambar ciumannya

August 16, 2008 at 6:55 PM  
Blogger Unknown said...

>> anang
kan gue dah 17+
mang termasuk pornografi?

August 16, 2008 at 8:52 PM  

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home

2 commented

Tuesday, August 12, 2008

♥ ~ The First Time ~

Luna seharusnya merasa senang. Hari ini Surya, cowoknya, mengajak jalan-jalan ke mal. Namun seperti biasa, Surya selalu berjalan lebih cepat.


'Dasar kaki-panjang,' seru Luna dalam hati. Dengan tergopoh-gopoh, ia menyusul langkah cowoknya. Andai saja Surya menggandeng tangannya, ia tidak perlu susah-susah
menyamakan langkah.Gadis itu pun mengingat-ingat percakapannya dengan Rima dua hari yang lalu.



"Una, satu-satunya cara menghadapi cowok yang gak agresif adalah... menjadi agresif!" Rima menggurui.


"Hah! Gue? Agresif?!"


"Tuh kan, dua-duanya pemalu sih. Gimana hubungan kalian bisa berkembang?"


"Tapi gue maunya, hubungan gua sama Surya berkembang dengan sendirinya. Biar waktu yang berbicara," Luna membela diri.


"Cape, deh... Luna, kalian udah menjalani hubungan ini selama 4 bulan. 4 bulan tuh dah cukup lama! Tapi, gandengan tangan aja, kalian belum pernah! Padahal gua sama Miko udah gandengan tangan sejak hari pertama kita berpacaran."


"Yaah, itu kan lo sama Miko, yang pengalaman ber-pa-ca-ran-nya gak keitung! Apalagi, dua-duanya sama-sama agresif. Huh~"


"Udah-udah, kok jadi ngomongin gua sama Miko?! Gini deh, gua kasih trik jitu a la Rima," Rima membetulkan posisi duduknya dan melanjutkan, "Seorang cowok akan bereaksi terhadap gerakan ceweknya. Nah, kalau ada kesempatan, coba lo sentuh punggung
tangannya secara perlahan. Pura-puranya, lo gak sengaja. Cara ini ampuh banget, apalagi kalau lo punya keberanian yang besar!"



Luna menelan ludah. Ia akan melakukannya sekarang! Ia mengumpulkan keberaniannya untuk 'tidak-sengaja' menyentuh punggung tangan Surya.

Dua senti... Satu senti...


Tiba-tiba, tangan yang menjadi target Luna terangkat.




"Na, itu film yang mau kamu nonton, kan?"


Surya menunjuk poster film romantis di gedung bioskop.


'Aduh, gagal!' Hilang sudah keberanian Luna. Tapi... 'nonton?!'



"Kalau cara itu gak manjur juga," suara Rima kembali terngiang, "lo musti bikin kesempatan! Misalnya, lo pergi ke tempat di mana cowok biasa gandeng ceweknya, penyeberangan jalan atau..."



"Yuk kita nonton!" ajak Luna.

"I-iya," Surya kaget melihat perubahan sikap ceweknya.


Selama di gedung bioskop, perhatian Surya hanya tertuju pada film yang sedang diputar. Padahal, Luna sudah meletakan tangannya di antara kursi bioskop mereka selama dua jam, menunggu untuk digenggam. Sampai pegal rasanya.


Keluar dari gedung bioskop, Luna memijat-mijat lengannya.




"Kenapa tanganmu?" tanya Surya.


"Ah, enggak. Cuma kram karena kelamaan gak digerakin. Filmnya seru, sih!" jawab Luna asal.


'Filmnya seru?! Jawaban apaan tuh,' seru Luna dalam hati, 'Nonton aja nggak!'




Luna jadi makin bete. Surya cuma melirik dan menanyakan kabar tangannya, menyentuhnya aja nggak.



Bayangan Rima muncul lagi.


"Tapi, kalau semua cara yang tadi nggak berhasil, lo harus nekat, Un! Gandeng aja langsung!"


POP!


Bayangan Rima hilang...



'Gandeng langsung?'


Langkah Luna terhenti.


Surya menyadarinya, "Na, kok berhenti?"


"Sur, kamu udah gak suka sama aku, ya?"


"Gak suka? Kok tiba-tiba nanya gitu?"


Surya mendekati ceweknya dengan bingung.


"Habisnya," mata Luna mulai berkaca-kaca, "habisnya... kamu gak pernah gandeng tangan aku."


"Hah?" Surya terpaku sejenak. "Na, aku tuh sangat menghargai kamu dan ingin bersikap sopan.
Jadi..."


"Tapi kita udah pacaran selama 4 bulan. Apa gak aneh, sepasang kekasih jalan berjauhan dan nggak pernah gandengan tangan?"


"Aku ingin sekali menggandeng tanganmu!" Surya tidak berani menatap mata Luna, "Aku ingin...




"Butuh waktu empat jam untuk
mengatakan 'aku sayang sama kamu' empat bulan yang lalu, apalagi... untuk menggenggam tanganmu. Bukannya aku pengecut, tapi aku udah sering mencari kesempatan untuk megang tangan kamu. Tapi aku takut, kamu akan menganggapku gak sopan dan pandanganmu
terhadapku berubah..."




Luna terkejut mendengar penjelasan cowoknya. Ternyata, Surya masih menyayanginya. Wanita mana yang tidak merasa senang dihargai seperti itu oleh seorang laki-laki.




Gadis itu meraih tangan kekasihnya dan menggenggamnya. Mereka berdua merasakan perasaan nyaman itu. Apalagi Surya, jantungnya berdebar keras.




Inikah rasanya? Rasa tidak ingin melepaskan dan kehilangan...



"Aduh!" pekik Luna tertahan.


"Sori.. Sori, Say! Aku mengenggam terlalu erat ya?"


"Say?" Luna melihat wajah Surya yang tegang dan gadis itu tertawa. Tertawa senang.


Kini misinya... ciuman pertama dari Surya!


~ THE END ~

Labels: , , , ,

♥ And did I tell you that I love you tonight
10:02 PM

2 Comments:

Blogger Ika Devita Susanti said...

wiiii... header ama layoutnya bagus bangettt!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! pengen!!!!!!


tenang...tenang... behave...

ehem... ehem... uhuk.... ups..

wakakkakkak... lunaa.... Luna.... memang agresif deh kamu ini... wakakak..

bagus loh ceritanya:D:D


ohya, jangan lupa ya kasi komen di:

http://paintyourlife.blogspot.com/2008/08/just-like-dream.html

:D

August 22, 2008 at 11:32 AM  
Blogger adinda andi anas said...

ceritanya baguuuuus!!!
hihi cowonya malu2 kucing alias shy shy cat :D

August 23, 2008 at 2:58 PM  

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home

2 commented

Monday, August 11, 2008

♥ ~ Not Just Love Stories ~

Hai,, blog baru ini adalah salah satu telur dari Jesse yang punya mi~cielo ( http://www.jazzy-cielo.blogspot.com/ )

Blog ini adalah sebuah wadah di mana gue bisa mencurahkan semua ide di dunia tulis-menulis. Secara gue suka banget bikin cerita cinta, di mana yang mengharukan, nice ending, and NOT JUST COMMON LOVE STORIES!!

Entah kenapa, tadi pagi, ide ini tiba-tiba muncul di dalam kepala gue. Mungkin dikarenakan gue masih mempunyai tekad membara untuk menerbitkan novel gue sendiri. Tapi selama ini, perjalanan karir gue di dunia literatur belom menemukan titik terangnya.. sampai sempet ditolak mentah-mentah sama salah satu penerbit di Indonesia karena penampilan naskah gue yang kurang mendukung. Hehe...
Makanya,, gue menganggap, dunia blog yang udah kayak part o my life ini merupakan salah satu titik terang yang gue jari cari. Secara, di sini gue gak usah peduli dengan kata editor (walau gue sangat mengharapkan komen dari kalian-kalian... untuk kritik pedas,, sangat diharapkan,, pujian lebih diharapkan lagi...) dan gue bisa pake kata-kata yang tidak baku dan ejaan yang tidak disempurnakan. Hehe... Santai aja bacanya...

Prepare your hot chocolate
Tissue on your side
Take a deep breath

Akhir kata, enjoy it!


dedicated to The Little Two Sisters

Labels:

♥ And did I tell you that I love you tonight
9:40 PM

4 Comments:

Blogger Unknown said...

skin nya keren........


*forced to say so*

peace out!jks

August 14, 2008 at 11:22 PM  
Anonymous Anonymous said...

baguz baguzz blognya..

isinya juga
g suka^^
haha

August 15, 2008 at 1:51 PM  
Blogger Unknown said...

>>Sonny

pujiannya di terima,,, tapi joke nya ngga.. hoho! emang bagus sih...
sebenernya dalam hati lo 'setuju' kan?
^_____^

>>Hendry

msn dong, Mas~!

August 15, 2008 at 6:21 PM  
Anonymous Anonymous said...

Wee Jess ayo msn
hoho^^

g tunggu y000^^

September 2, 2008 at 7:07 PM  

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home

4 commented

♥ the stories about


♥ Pretty Moments

♥ They're not just

♥ template by

      Jasmne